Business Process Management dan Modelling untuk Service Oriented Architecture (SOA)

Tahapan awal dari service lifecycle adalah pemetaan proses bisnis secara high-level. Karena service adalah bagian dari proses bisnis, maka fokus pertama harus ditujukan pada proses bisnis terlebih dahulu sebelum masuk pada pembuatan service. Secara garis besar, proses implementasi proses bisnis baru dengan Service Oriented Architecture (SOA) dapat dilakukan dnegan dekomposisi top-down yaitu dengan menentukan langkah-langkah proses mana saja yang  manual dan yang harus dilakukan secara sistem, kemudian membagi-bagi proses menjadi bagian yang lebih kecil berdasarkan kapan proses dijalankan dan sistem mana yang bertanggung jawab atas proses tersebut, serta memecah aspek-aspek yang kompleks menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola.

Sebagaimana dikutip dari (Rosen, et.al, 2008), Business Process Management dapat membantu analis bisnis untuk menyelaraskan sistem berbasis teknologi informasi dengan tujuan strategis dengan menciptakan bisnis perusahaan yang terdefinisi dengan baik, memantau kinerjanya, dan mengoptimalkan proses bisnis tersebut untuk efisiensi operasional yang lebih besar. Setiap proses bisnis dimodelkan sebagai satu set individu tugas pengolahan. Tugas-tugas ini biasanya diimplementasikan sebagai layanan bisnis dalam perusahaan. Sistem BPM menyediakan satu set alat yang memungkinkan analis bisnis untuk membuat model proses menggunakan sistem notasi, seperti BPMN, dan kemudian melakukan otomatisasi proses bisnis, atau eksekusi model, dengan memanggil suatu service.

Business Process Modelling merupakan teknik untuk memformalkan langkah-langkah dari sebuah proses bisnis, serta orang-orang, organisasi, dan sistem yang bertanggung-jawab terhadap langkah-langkah tersebut dan data yang terkait dengan setiap langkah. BPM sesuai untuk digabungkan dengan SOA karena menyediakan bahasa yang dapat memanfaatkan business service yang reusable.

Business process model dasar terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

  1. Process Step. Merupakan persegi panjang yang mendefinisikan apa yang dilakukan. Nama process step harus merepresentasikan apa yang sedang dilakukan dari perspektif bisnis.
  2. Gateway membagi dan mengkombinasikan alur proses, baik dengan mengkombinasikan alur yang paralel maupun dengan membagi alur berdasarkan beberapa kriteria pengambilan keputusan.
  3. Dokumen merepresentasikan kumpulan data bisnis yang saling berpadu seperti pemesanan atau pembayaran.
  4. Proses flow menghubungkan process step dan gateway untuk menunjukkan dan menekankan urutan tertentu dari proses-proses.
  5. Data flow menunjukkan bagaimana proses memproduksi dan atau mengkonsumsi data tertentu.
  6. Lanes, berlabelkan nama dari actor, mengatur langkah-langkah dengan menentukan siapa mengerjakan apa.

Sebagai contoh, dikutip dari gambar 1   adalah sebuah Business Process Model (menggunakan Business Process Modelling Notation (BPMN)) dari suatu proses dimana customer memesan buku dari toko buku online.

Gambar 1 Contoh Business Process Model untuk Pemesanan Buku  Rosen et al 2008)

Dengan adanya Business Process Model, analis bisnis dapat menggambarkan kebutuhan proses bisnis serta tujuannya dalam suatu notasi/ilustrasi yang mudah dimengerti semua orang. Dari model tersebut, kemudian analis sistem dapat melakukan perancangan business service, baik menggunakan service yang sudah ada ataupun membentuk service baru. Dengan demikian, kaitan antara BPM dan SOA dapat ditunjukkan pada gambar 2 (Rosen, et.al, 2008).

Dengan memahami keterkaitan antara BPM dan SOA tersebut, maka pengembangan service-service di dalam SOA dapat menyelaraskan proses-proses bisnis yang ada di dalam organisasi dan dapat sejalan dengan tujuan bisnis organisasi.

Gambar 2  BPM dan SOA ( Rosen et al 2008)

Sumber

Rosen, M., Lublinsky, B., Smith, K. T., & Balcer, M. J. (2008). Applied SOA : Service-Oriented Architecture and Design Strategies. Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.

Abba Suganda Girsang , Phd