Peningkatan Efektifitas Layanan dalam Agile Service Management

Johanes Latupapua, NIM: 2001848026

 

Agile dalam Siklus Pengembangan Software

Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan dalam pengembangan sistem perlu disampaikan dalam waktu yang lebih singkat dan respons yang cepat. Setiap perubahan cepat di era digital mendorong orang untuk berpikir dan bekerja dengan cara lain yang sistematis, taktis, masih sesuai dengan perencanaan, berkolaborasi dengan orang lain dan memberikan service segera kepada pelanggan. Secara harfiah, bagaimana orang bekerja sebagai kolaboratif, mampu beradaptasi dan terbuka umpan balik dalam setiap perubahan, mereka mulai berpikir untuk agile. Pada awalnya, agile adalah pola pikir pada orang-orang ini, keterbukaan terhadap setiap perubahan yang  membawa ke dalam tindakan atau proses untuk mencapai tujuan yang sama.

Proses Agile adalah sekumpulan nilai yang membantu perusahaan atau organisasi menjadi lebih fleksibel. Agile diperkenalkan pertama kalinya di tahun 2001 dalam pengembangan software oleh aliansi dari 17 perusahaan, sebagai solusi untuk proses pengembangan yang panjang, dokumentasi yang berat dimana sulit dengan cepat mengeluarkan fungsi atau rilis baru [1]. Proses pengembangan software dengan Agile adalah pengembangan berbasis berulang-ulang dan inkremental, dimana kebutuhan berubah-ubah mengikuti kebutuhan customer [2]. Hal ini membantu dalam perencanaan yang adaptif, pengembangan yang terus menerus dengan jadwal yang disepakati. Dengan kata lain, pengembangan software dengan Agile adalah praktek pengembangan yang terus-menerus dan pengujian dilakukan dalam seluruh siklus pengembangan software. Pengembangan software dengan Agile menekankan dalam empat core values [3].

  1. Individual and team interactions over processes and tools
  2. Working software over comprehensive documentation
  3. Customer collaboration over contract negotiation
  4. Responding to change over following a plan

Aliansi ini juga mendeklarasikan 12 prinsip dalam Agile Manifesto:

  1. Our highest priority is to satisfy the customer through early and continuous delivery of valuable software.
  2. Welcome changing requirements, even late in development. Agile processes harness change for the customer’s competitive advantage.
  3. Deliver working software frequently, from a couple of weeks to a couple of months, with a preference to the shorter timescale.
  4. Business people and developers must work together daily throughout the project.
  5. Build projects around motivated individuals. Give them the environment and support they need, and trust them to get the job done.
  6. The most efficient and effective method of conveying information to and within a development team is face-to-face conversation.
  7. Working software is the primary measure of progress.
  8. Agile processes promote sustainable development. The sponsors, developers, and users should be able to maintain a constant pace indefinitely.
  9. Continuous attention to technical excellence and good design enhances agility.
  10. Simplicity–the art of maximizing the amount of work not done–is essential.
  11. The best architectures, requirements, and designs emerge from self-organizing teams.
  12. At regular intervals, the team reflects on how to become more effective, then tunes and adjusts its behavior accordingly.

Prinsip-prinsip ini diadaptasi dengan cepat oleh banyak developer, untuk berinteraksi dengan pelanggan selama beberapa tahun terakhir. Beberapa framework bermunculan seperti yang diketahui, populer dan banyak digunakan yaitu Scrum, Kanban dan Extreme [5]. Setiap framework Agile dianggap ringan dan mudah dijalankan. Aturan dan penggunaan dibuat  sederhana, terutama bila dibandingkan dengan proses pengembangan Waterfall yang tradisional, dan dirancang agar dapat disesuaikan dengan semua jenis kondisi. Fokusnya,  pada pemberdayaan pengembang dari semua jenis untuk berkolaborasi dan membuat keputusan bersama sebagai kelompok dengan cepat dan efektif.

 

Agile dalam  IT Service Management

Setelah dalam area software development, banyak orang berpikir, bagaimana nilai-nilai Agile, proses-proses, framework dapat diterapkan ke dalam IT Service Management (ITSM) ? Terutama, ada empat perspektif dalam ITSM adalah proses (process), orang-orang (people), produk atau teknologi (technology) dan mitra atau pemasok (supplier). Empat perspektif ini ada dalam 4 core values Agile development. Bertrand Verlaine pada 2017 [6], mengusulkan nilai adaptasi Agile ke dalam konteks ITSM sebagai berikut:

Tabel 1. Nilai-nilai Agile diadaptasi dalam ITSM [6]

Nilai-nilai Agile dapat dianggap sebagai filosofi untuk mengatur pekerjaan orang, setidaknya di lingkungannya. Oleh karena itu, untuk menciptakan fondasi dan garis besar Agile ITSM , perlu untuk menulis ulang nilai-nilai dan prinsip-prinsip Agile Manifesto untuk menyesuaikan mereka dengan konteks manajemen operasi itu.

Tabel 2. Prinsip-Prinsip Agile diadaptasi menjadi Agile ITSM [6]

ITSM yang mengadopsi nilai-nilai Agile disebut sebagai Agile Service Management (ASM). Menurut Agile Service Management [7], definisi ASM adalah memastikan proses ITSM mencerminkan nilai-nilai Agile, dengan kontrol dan struktur untuk memberikan layanan (service) yang efektif dan efisien dimana memfasilitasi masukan dari pelanggan. ASM mendorong lingkungan belajar yang berkelanjutan dan kolaborasi yang lebih baik antara tim developer dan operasional. Ada dua aspek dari ASM yaitu: desain proses Agile dan peningkatan proses Agile [7].

  1. Desain Proses Agile

Desain proses Agile menerapkan pendekatan yang sama dengan desain proses yang diterapkan pengembang perangkat lunak pada pengembangan produk. Setiap proses dibangun dalam perbaikan yang kecil dan frekuensi yang sering. Prosedur baru diperkenalkan secara bertahap, sehingga memberikan peluang lebih besar untuk umpan balik dan input yang lebih sering untuk mengarahkan proses pengembangan selanjutnya.  Hal yang paling penting adalah organisasi atau perusahaan harus dapat menentukan batas-batas atau lingkup proses selama siklus service.

  1. Perbaikan dalam Proses Agile

Proses perbaikan secara teratur diaudit dan ditinjau untuk memastikan bahwa mereka berada di tingkat kontrol yang tepat. Prinsipnya, peningkatan dalam proses Agile adalah mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan atau pemborosan untuk menjaga ITSM tetap relevan, efisien dan efektif dalam menghadapi perubahan kebutuhan pelanggan.

 

Kelebihan Mengintegrasikan Agile dengan ITSM

Tiga manfaat utama dari mengintegrasikan Agile dengan ITSM adalah [8]:

  1. Alur kerja yang ditingkatkan

Proses ITSM  seperti manajemen insiden dan manajemen masalah dapat menunjukkan hal apa yang menghentikan aliran pekerjaan. Sebagai contoh,  insiden level prioritas 1 dan 2 harus segera dipecahkan karena berdampak langsung pada pelanggan. Pendekatan ini menuntut perubahan pola pikir bahwa tidak semua insiden perlu segera diatasi dan disampaikan kepada pelanggan dengan penentuan prioritas dan seleksi yang efektif.

  1. Mempersingkat dan memperkuat loop umpan balik

Jika proses change management dirasa terlalu panjang karena pengenalan alat baru, tim dapat kembali ke kebutuhan dan tujuan awal dari apa yang mereka ingin dan mendefinisikan kembali tujuan melalui proses sprint. Proses yang mengkomunikasikan dengan pelanggan internal atau eksternal dapat memberikan masukan yang membantu tim pengembangan memahami dan menanggapi prioritas dan kebutuhan pelanggan.

  1. Eksperimen dan pembelajaran yang berkelanjutan

Pembelajaran yang berkelanjutan berarti tim mengalokasikan waktu untuk perbaikan dalam kegiatan sehari-hari dan mengenali kesalahan ke dalam sistem untuk meningkatkan atau perbaikan selanjutnya.

 

Dalam Bahasa sederhana, ITSM adalah bagaimana cara IT bekerja untuk pelanggan. Namun untuk mengubah cara bekerja langsung mengadopsi ke prinsip Agile diperlukan adaptasi. ASM membantu transisi itu. ASM menunjukkan bahwa ITSM dan prinsip Agile dapat bekerja bersama untuk memberikan service delivery yang efektif dan pengembangan yang optimal.

 

Referensi

[1] “Agile Processes and Methodologies: A Conceptual Study,” International Journal on

Computer Science and Engineering (IJCSE), vol. IV, no. 5, pp. 892-898, 2012.

[2] “https://www.guru99.com/agile-scrum-extreme-testing.html,” Guru99, 2018. [Online]. Available: https://www.guru99.com/agile-scrum-extreme-testing.html. [Accessed 11 March 2019].
[3] “https://www.agilealliance.org/agile101/12-principles-behind-the-agile-manifesto/,”

Agile Alliance, 2019. [Online]. Available: https://www.agilealliance.org/agile101/

12-principles-behind-the-agile-manifesto/. [Accessed 11 March 2019].

[4] M. teams, “https://www.mendix.com/agile-framework/,” Mendix, 2018. [Online]. Available: https://www.mendix.com/agile-framework/. [Accessed 12 March 2019].
[5] B. Verlaine, “Toward an Agile IT Service Management Framework,” 18 December 2018.

[Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/

321438790_Toward_an_Agile_IT_Service_Management_Framework. [Accessed 9 March 2019].

[6] M.-C. team, “http://www.masters-consulting.de,” 2017. [Online]. Available: http://www.masters-consulting.de/fileadmin/web/pdf/2017/Agile_Service_Management_Guide_V1_031715.pdf. [Accessed 10 March 2019].
[7] J. G. Groll, “http://www.masters-consulting.de/,” 2017. [Online]. Available: http://www.masters-consulting.de/fileadmin/web/pdf/2017/Agile_Service_Management_Guide_V1_031715.pdf. [Accessed 10 March 2019].
[8] A. Singh, “https://blogs.dxc.technology,” 8 June 2018. [Online]. Available: https://blogs.dxc.technology/2018/06/08/how-agile-service-management-asm-combines-the-best-of-both-worlds-agile-and-itsm/. [Accessed 14 March 2019].

 

 

 

Disajikan:

Johanes Latupapua

 

Dikirimkan:

Antoni Wibowo

 

 

 

Antoni Wibowo