Penerapan Sistem Egovernment di Kementrian Kesehatan (Guest Lecture)

Pada tanggal 13 April  2018, program studi Magister Teknik Informatika mengundang seorang professor, Prof Jorn Braa dari university of Oslo, Norway  untuk menyampaikan / sharing keilmuwan di universitas Bina Nusantara di Jl. Kebon Jeruk Raya, Jakarta  dalam acara Guest Lecture (kuliah tamu). Pada kesempatan tersebut, Jorn Braa banyak menyampaikan tentang riset dan project yang dikerjakan selama ini. Pertemuan yang dihadiri sekitar 60-80 mahasiswa dan dosen MTI dan MMSI, Prof Jorn Braa dan koleganya sejak tahun 1994 sudah mulai membangun sebuah system informasi kesehatan yang mampu memberi report dan data yang akurat dan useful

Oleh karena itu, system yang dibangun harus bisa mengintegrasikan system-sistem yang ada. Tahun 1994, system pertama oleh Prof Jorn yang dicetuskan adalah HISP (Health Information System Program) dan diimplementasi di Afrika Selatan. Sistem tersebut dikembangkan dan akhirnya muncul  sistem yakni District Health Information System Versi 2 (DHIS-2) yang berbasis desktop yang diluncurkan tahun 2000.

Gambar 1. Sebaran sistem DHIS-2 di dunia

Walaupun banyak tantangan seperti isu politik, sumber daya manusia, dan sebagainya, system ini disambut hangat dan banyak diimplementasi di banyak negara Afrika. Sistem ini terus berkembang dan akhirnya diluncurkan system District Health Information System Versi 2 (DHIS2) yang berbasis web tahun 2004. Sistem ini dibangun  dengan open source berbasis Java. Saat ini system DHIS-2 sudah diimplementasi menjadi sistem keseharan nasional pada 50 negara lebih di Asia dan Afrika, termasuk Indonesia.

Indonesia, yang diwakili kementrian kesehatan, berupaya mengintegrasikan seluruh sistem kesehatan yang ada di seluruh Indonesia. Menurut Yudianto , sebagai perwakilan Pusdatin kementrian Kesehatan Indonesia yang juga turut hadir dalam kuliah tamu tersebut menjelaskan bahwa banyak sekali tantangan yang dihadapi dalam menerapakan DHIS-2 di Indonesia. Banyak sistem-sistem yang dibuat baik dari pusat, propinsi, kabupaten/kota untuk sistem kesehatan, namun sistem tersebut tidak punya standarisasi yang sama dan tidak terintegrasi satu sama lain. Hal ini membuat sistem silo-silo sendiri pada kementrian kesehatan. Tantangan lain, Yudianto mengungkapkan bahwa Indonesia sangat luas, dan koneksi jaringan tidak merata. Disamping itu, kemampuan sumber daya yang masih sangat kurang terutama di daerah. Namun demikian, pemerintah Indonesia terus berupaya agar one data government yang dicanangkan pemerintah bisa berhasil. Oleh karena itu melalui kerjasama dengan University Oslo dan global fund, pemerintah bertekad mensosialisasikan dan mengimplementasikan DHIS-2 ini di seluruh Indonesia. Saat ini di Indonesia sudah ada 5 propinsi, 10 kabupata/kota yang mengimplemntasikan ini. Tagetnya tahun 2020, akan diekaspansi sampai dengan 20 kabupaten /kota.

Dalam kuliah tersebut, Taufiq Sitompul alumni MTI Binus, yang merupakan konsultan dari kementrian kesehatan bidang IT tersebut menjelaskan bahwa sistem ini sangat poweful. Bisa digunakan untuk sinkronisasi (integrasi) tipe-tipe data,  analisis data mining, dan data warehouse. Taufik sempat mendemokan beberapa kemmpuan sistem DHIS-2.

Di akhir kuliah, Yudanto juga mengajak agar mahasiswa Binus untuk mau melakukan penelitian-penelitian terkait dengan sistem kesehatan, sehingga bisa memberi kontribusi pada dinas kesehatan.

Abba Suganda Girsang