Study literature routing protocol pada ad hoc network
Sejumlah protokol routing untuk mobile jaringan ad hoc (MANET) seperti DSR (Dynamic Source Routing), AODV (Ad Hoc On-Demand Distance Vector Routing), DSDV (Destination-Sequenced Distance-Vector), ZRP (Zone Routing Protocol) dan TORA (Temporally Ordered Routing Algorithm) telah banyak didiskusikan. Dalam tulisan ini, kita akan membahas kinerja dari DSDV, DSR dan AODV routing protokol tersebut untuk jaringan ad-hoc mobile.
Sebuah jaringan ad-hoc mobile (MANET) adalah kumpulan mobile node nirkabel yang dinamis membentuk jaringan tanpa infrastruktur yang ditetapkan sebelumnya atau tanpa administrasi terpusat. Sebuah MANET terdiri dari mobile node yang menggunakan peralatan nirkabel untuk berkomunikasi antara satu sama lainnya. Sebuah mobile node dapat berupa komputer, printer, Personal Digital Assistant (PDA), Tab, Laptop, hand phone, smart phone atau perangkat lain yang mampu mengirim dan / atau menerima data yang dihasilkan oleh mobile node lain pada jaringan. Didalam hal ini, mobile node berfungsi baik sebagai host dan router dan meneruskan paket-paket antara satu sama lain. Karena jangkauan komunikasi terbatas antara mobile node dalam jaringan ad hoc, beberapa hop jaringan mungkin diperlukan untuk mengirimkan sebuah paket dari satu node ke node yang lainnya dalam jangkauan jaringan nirkabel. Dengan demikian mobile node dapat berkomunikasi di luar jangkauan transmisi mereka dengan menggunakan komunikasi multihop. Untuk menggunakan komunikasi multihop ini, diperlukan protokol routing yang digunakan untuk menemukan rute antara node node tersebut. Mobilitas node dapat menyebabkan topologi jaringan berubah dengan cepat yang mengakibatkan volatilitas yang tinggi dari jalur/rute antara dua node yang sedang berkomunikasi. Ini adalah masalah sentral dalam jaringan ad-hoc karena link pada rute sangat tidak permanen dan bisa putus kapan saja.
Aplikasi jaringan ad-hoc termasuk jaringan sensor, komersial dan pendidikan, kasus-kasus darurat dan komunikasi militer. Untuk melihat lebih jelas applikasi ad hoc network mari lita ambil contoh sebagai berikut. Kita bayangkan situasi bahwa bencana yang serius telah terjadi di wilayah tertentu; Akibatnya, sarana komunikasi di daerah itu seperti ponsel atau internet adalah benar-benar terputus. Dalam kasus seperti itu, diasumsikan bahwa staf darurat polisi, pemadam kebakaran, ambulans, dan bahkan Pasukan Bela Diri nasional akan segera ke lokasi bencana. Setiap kendaraan mereka dilengkapi dengan terminal mobile yang dapat membentuk bagian dari jaringan ad-hoc. Setiap anggota staf juga membawa salah satu terminal mobile di tangan. Semua peralatan ini (node) dapat membentuk suatu jaringan ad hoc, sehingga walaupun jaringan hand phone dan internet terputus, mereka masih tetap dapat berkomunikasi dan saling bertukar data.
Untuk jaringan ad hoc ini yang terpenting adalah protocol untuk mencari rute atau jalur untuk saling bertukar informasi dan komunikasi. Sejumlah protokol routing telah dipublikasikan untuk jaringan ad hoc, tetapi tidak ada satu protokol pun yang lebih baik diantara protocol protocol tersebut. Setiap protocol mempunyai kelemahan dan kelebihannya sendiri sendiri.
Abhishek Patil dan kawan kawan [1] membandingkan kinerja dua routing protokol DSR dan DSDV menggunakan simulator jaringan ns2. Mereka mempelajari implikasi kinerja variasi kecil dibuat untuk DSDV dan efek dari perubahan parameter yang berbeda di DSDV. Nilai asli yang digunakan untuk interval update periodik di DSDV adalah 15 detik. Mereka membuat variasi interval pembaruan periodik: 2, 5, 10, 15, 25, 45 dan 75 detik. Mereka menyimpulkan bahwa protokol routing DSR lebih baik dari DSDV.
Sementara itu Sharad Gupta [2], membandingkan kinerja dua on-demand routing protokol untuk jaringan mobile ad hoc: DSR dan AODV, bersama dengan protokol DSDV (proaktif tradisional). Dia menyimpulkan bahwa protokol on-demand, AODV dan DSR tampil lebih baik dari protokol DSDV. Karena AODV dan DSR lebih baik dari DSDV (proaktif tradisional), maka penulis melakukan penelitian lebih lanjut kepada dua routing protocol ini. Dia berupaya untuk mengevaluasi perbedaan kinerja antara routing protokol AODV dan DSR dengan memvariasikan pola mobilitas dan jumlah sumber lalu lintas. Dia kemudian menyimpulkan bahwa untuk metrik berorientasi aplikasi seperti fraksi pengiriman paket dan delay, AODV melebihi DSR. Dia (Gupta) membuat simulasi menggunakan versi ns2 yang lama. Versi ini dirilis pada tahun 2002 memiliki beberapa bug, untuk detail bug ini telah dipaparkan pada manual network simulator ns2 [3].
Selanjutnya Alex Ali Hamidian [4] memodifikasi kode sumber dari protokol routing AODV sesuai dengan rancangan internet “Konektivitas Global IPv6 Mobile Ad Hoc Networks”. Penulis memperpanjang I-bendera dalam format pesan Route Request dan pesan Route Reply pada routing protokol AODV. Dia kemudian mensimulasikan dan membandingkan protokol routing proaktif OLSR, protokol routing reaktif AODV dan protokol routing hybrid ZRP. Dia menyimpulkan bahwa dengan variable rasio pengiriman paket, hasil yang didapat tidak berbeda besar. Adapun rata-rata end to end delay, metode proaktif dan hybrid melakukan sedikit lebih baik daripada metode reaktif.
Peneliti yang lain adalah Josh Broch dan kawan kawan. Mereka membandingkan kinerja DSDV, TORA, DSR dan AODV adhoc nirkabel routing protokol dengan menggunakan ns-2 network simulator. Mereka menggunakan ns-2 simulator untuk secara akurat memodelkan perilaku lapisan fisik dari nirkabel IEEE 802.11 termasuk model saluran transmisi untuk MAC. Mereka mempresentasikan hasil simulasi jaringan dengan 50 node mobile. Protokol DSDV dan AODV dimodifikasi dan diberi nama DSDV-SQ (DSDV Sequence Number) dan AODV-LL (AODV Link Layer). Mereka menyimpulkan bahwa kinerja protokol DSR sangat baik di semua tingkat mobilitas dan kecepatan meskipun penggunaan dari routing meningkatkan jumlah routing byte overhead. Mereka juga menggunakan versi lama dari ns simulator yang dikembangkan pada tahun 1998.
Protokol ZRP juga diamati oleh Robin George Poss. Dia membuat simulasi Zona Routing Protocol (ZRP) dengan menggunakan simulator jaringan ns2. The ZRP protokol routing mempunyai dua prosedur dasar: the IntrAzone Routing Protocol (IARP) dan Interzone Routing Protocol (iERP). The IARP sebenarnya tidak ditentukan dan dapat mencakup sejumlah protokol, seperti turunan dari Jarak Vector Protocol (misalnya, AODV), Shortest Path First (misalnya, OSPF). Kinerja ZRP protokol routing dibandingkan dengan kinerja protokol AODV routing. Penulis menyimpulkan bahwa ZRP protokol routing berperilaku lebih baik daripada protokol AODV routing.
REFERENCES
[1] Abhishek Patil and Amit Sahoo, “Routing Protocols for Ad-Hoc Wireless Networks”. Project Report: Department of Electrical & Computer Engineering, Michigan State University. http://www.cse.msu.edu/~sahooami/cse824projectreport.doc.
[2] Sharad Gupta, “Performance Evaluation of Ad Hoc Routing Protocols using ns2 simulations”. Project Report: Department of Computer Science, The University of Tennessee. http://www.cs.utk.edu/~gupta/Adhoc.doc.
[3] The Network Simulator ns-2: Installation Problems,Bug Fixes, and Help. University of Southern California. http://www.isi.edu/nsnam/ns/ns-problems.html.
[4] Alex Ali Hamidian. (January, 2003), “A Study of Internet connectivity for Mobile Ad Hoc Networks in NS 2”, Thesis: Department of Communication Systems Lund Institute of Technology, Lund University, Sweden. http://www.telecom.lth.se/Personal/alexh/rapport.pdf.
[5] Josh Broch, David A. Maltz, David B. Johnson, Yih-Chun Hu and Jorjeta Jetcheva, “A Peformance Comparison of Multi-Hop Wireless Ad Hoc Network Routing Protocols”. In Proceedings of the Fourth Annual ACM/IEEE International Conference on Mobile Computing and Networking, ACM, Dallas, TX, October 1998.
[6] Robin George Poss. “A NS-2 Version of The ZRP”. Thesis: Electrical Engineering, Cornell University. January 2001.