Filosofi Model dan Pemodelan

Penulis

Dr.rer.nat. Ditdit Nugeraha Utama

Computer Science Department, BINUS Graduate Program-Master of Computer Science, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia, 11480

ditdit.utama@binus.edu

 

All models are wrong, but some are useful” (Box, 1978)

Secara lepas dan bebas, boleh saja model dimaknai sebagai “sebuah replika dari sesuatu”. Model dapat berfungsi di dalam menjelaskan suatu hal, dunia nyata, bangunan konsep, bahkan sebuah ide yang bersifat imajinatif.

Model yang dikembangkan oleh para matematikawan atau saintis atau para ilmuwan, dibangun dari parameter-parameter yang terbatas. Baik terbatas pada konfigurasinya, pada maknanya, atau pun pada jumlahnya. Parameter-parameter tersebut tentu tidaklah cukup mewakili semua parameter yang melekat pada sesuatu yang akan/sedang/telah dimodelkan. Parameter-parameter tersebut dikumpulkan hanyalah dalam rangka untuk mewakili sebagian banyak (atau sebagian kecil) dari parameter yang melekat di aslinya. Karakteristik ini sudah cukup menjadikan model yang dikembangkan adalah salah.

Rujukan pengembangan model tidak terlepas dari empat unsur dasar; teori, realita, metode, dan alat. Teori mengacu pada sesuatu hasil pengembangan model sebelumnya (penelitian dan atau studi yang sudah dilakukan). Teori memungkinkan parameter yang digunakan di dalam pengembangan model adalah verified. Perhitungan, hubungan antar parameter, struktur hubungan sebab akibat, serta segala fenomena yang terjadi haruslah telah teruji keabsahannya. Disini, hasil dari sebuah penelitian/studi telah cukup mewakili bahwa teori yang digunakan adalah absah.

Realita pun tentu dibutuhkan di dalam pengembangan model. Semua nilai dari semua parameter yang digunakan, tentu harus ter-validasi nyata melalui nilai dan skala yang ada di dalam dunia nyata. Realita dibutuhkan untuk mem-validasi semua aspek bangunan model, khususnya nilai-nilai yang diwakili oleh parameter-parameter yang digunakan di dalam model yang dibangun tersebut. Sedangkan unsur dasar lainnya, method dan alat, sangat berhubungan dekat dengan tahapan dan bagaimana model itu dikembangkan, serta perangkat kerja yang digunakan di dalam membentuk model tersebut.

Sehingga, model bolehlah diartikan lebih mendalam, yaitu menjadi “sebuah replika dari bagian atas sesuatu”. Bagian tersebut merupakan batasan model dengan nyata-nya. Bagian sesuatu tersebut hanyalah bagian yang berhasil dipetakan oleh si pengembang model. Bagian sesuatu tersebut telah menjawab bahwa model bukanlah sesuatu tersebut, model hanyalah replika dari (bagian) sesuatu. Kata “replika” saja telah memperjelas, bahwa statemen Box (1978) di atas adalah benar adanya. Jika replika itu benar adanya, pastilah dia telah menyerupai (atau bahkan adalah) aslinya. Sedangkan, tujuan para pengembang model di dalam membuat sebuah model menjadikan model tersebut memberi nilai manfaat yang nyata. Karena model yang dibangun tentu harus mampu menjelaskan sebuah fenomena / sesuatu dengan bahasa yang sederhana dan dengan cara yang lugas.

Pada akhirnya, model yang pasti salah, tidaklah layak dipersalahkan. Ranah uji model bukanlah terletak pada salah atau benarnya model tersebut, namun terletak pada apakah model tersebut verified dan valid. Ranah uji model bukanlah terletak pada salah atau benarnya model tersebut, namun terletak pada verifikasi hubungan antar bagian model yang dikembangkan dan keabsahan method yang digunakan, serta validasi semua nilai yang melekat pada semua parameter di dalamnya.

Jadi, janganlah pernah kita mempersalahkan model, biarkan dia salah, karena itu karakteristik nyata yang melekat pada model; namun ambillah manfaat dari model yang dikembangkan tersebut, karena pasti ada fakta unik nan nyentrik yang ingin disampaikan si pengembang model di dalam ia menembangkan model tersebut.

Referensi

BOX, G.E.P. 1979. Robustness in the strategy of scientific model building, Launer, R.L., and Wilkinson, G.N., Robustness in Statistics, Academic Press, pp. 201-236.

Dr.rer.nat. Ditdit Nugeraha Utama