Guest Lecture dengan Topik “Internet of Things”
Pada hari Jumat lalu, tepatnya 20 Juli 2018, diadakan sesi kuliah tamu di Magister Teknik Informatika (MTI), Universitas Bina Nusantara dengan topik Internet of Things (IoT). Materi disampaikan oleh dosen tamu asal Universitas Atmajaya, yakni Bapak Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA. Beliau adalah associate professor dan Dekan program studi Magister Teknik Elektro di Universitas Atmajaya. Beliau memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan gelar master dan doktor dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia. Area penelitian yang menjadi bidang ketertarikan beliau di antaranya adalah cyber security, machine learning, data mining, internet of things, dan big data.
Pada sesi kuliah tamu yang dihadiri oleh sekitar 40 mahasiswa/i MTI tersebut selama kurang lebih satu jam, Pak Lukas menyampaikan sejumlah hal menarik tentang bagaimana setiap device atau bahkan benda apapun dapat berkomunikasi satu sama lain dengan saling mengirimkan/menerima data. Data-data ini dapat dimanfaatkan untuk menjawab beberapa permasalahan yang umum terjadi di masyarakat, misalnya kemacetan Jakarta. Bayangkan jika seluruh mobil dan rambu/marka/lampu lalu lintas di jalan raya ditanami mesin yang dapat saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga mobil mengetahui dalam jarak berapa akan ada lampu lalu lintas dan warnanya apa, ada kendaraan lain di dekatnya atau tidak, harus berjalan secepat apa untuk menghindari kemacetan (ataupun kecelakaan), dan sebagainya. Lampu lalu lintas pun dapat mengetahui volume kendaraan di setiap ruas jalan di sekitarnya, sehingga dapat mengatur durasi untuk masing-masing warna lampu lalu lintas.
Selain sebagai solusi permasalahan tertentu, kemampuan komunikasi antara satu benda dengan benda lainnya, benda dengan manusia, dan manusia dengan manusia juga dapat mempermudah kehidupan manusia sehari-hari. Segala aspek kehidupan dapat dijalankan dengan lebih mudah, efisien, dan bebas stress. Sebagai contoh di kalangan petani, jika IoT diterapkan di sejumlah spot di lahan/ladang ditambah data stok di gudang dan data penjualan di pasaran, serta data permintaan di masyarakat, para petani dapat memprediksi kapan kira-kira penanaman perlu dilakukan dan seberapa luas lahan yang perlu ditanam oleh jenis tanaman apa. Hal ini ditujukan supaya hasil panen nantinya dapat memenuhi permintaan pasar tanpa kekurangan atau kelebihan supply, yang notabene berpotensi merusak harga di pasaran.
Di samping banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh IoT, teknologi ini juga memiliki dampak negatif ke sisi humanisme. Jika segala sesuatunya sudah diatur oleh teknologi, beberapa profesi menjadi tidak dibutuhkan lagi. Manusia pun menjadi kurang peka antar sesama karena teknologi dapat mengikis rasa empati dan interaksi antarmanusia secara perlahan-lahan. Bagaimana menurut Anda?
Penulis: Amalia Zahra, S.Kom., Ph.D.
Pada hari Jumat lalu, tepatnya 20 Juli 2018, diadakan sesi kuliah tamu di Magister Teknik Informatika (MTI), Universitas Bina Nusantara dengan topik Internet of Things (IoT). Materi disampaikan oleh dosen tamu asal Universitas Atmajaya, yakni Bapak Dr. Ir. Lukas, MAI, CISA. Beliau adalah associate professor dan Dekan program studi Magister Teknik Elektro di Universitas Atmajaya. Beliau memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan gelar master dan doktor dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia. Area penelitian yang menjadi bidang ketertarikan beliau di antaranya adalah cyber security, machine learning, data mining, internet of things, dan big data.
Pada sesi kuliah tamu yang dihadiri oleh sekitar 40 mahasiswa/i MTI tersebut selama kurang lebih satu jam, Pak Lukas menyampaikan sejumlah hal menarik tentang bagaimana setiap device atau bahkan benda apapun dapat berkomunikasi satu sama lain dengan saling mengirimkan/menerima data. Data-data ini dapat dimanfaatkan untuk menjawab beberapa permasalahan yang umum terjadi di masyarakat, misalnya kemacetan Jakarta. Bayangkan jika seluruh mobil dan rambu/marka/lampu lalu lintas di jalan raya ditanami mesin yang dapat saling berkomunikasi satu sama lain, sehingga mobil mengetahui dalam jarak berapa akan ada lampu lalu lintas dan warnanya apa, ada kendaraan lain di dekatnya atau tidak, harus berjalan secepat apa untuk menghindari kemacetan (ataupun kecelakaan), dan sebagainya. Lampu lalu lintas pun dapat mengetahui volume kendaraan di setiap ruas jalan di sekitarnya, sehingga dapat mengatur durasi untuk masing-masing warna lampu lalu lintas.
Selain sebagai solusi permasalahan tertentu, kemampuan komunikasi antara satu benda dengan benda lainnya, benda dengan manusia, dan manusia dengan manusia juga dapat mempermudah kehidupan manusia sehari-hari. Segala aspek kehidupan dapat dijalankan dengan lebih mudah, efisien, dan bebas stress. Sebagai contoh di kalangan petani, jika IoT diterapkan di sejumlah spot di lahan/ladang ditambah data stok di gudang dan data penjualan di pasaran, serta data permintaan di masyarakat, para petani dapat memprediksi kapan kira-kira penanaman perlu dilakukan dan seberapa luas lahan yang perlu ditanam oleh jenis tanaman apa. Hal ini ditujukan supaya hasil panen nantinya dapat memenuhi permintaan pasar tanpa kekurangan atau kelebihan supply, yang notabene berpotensi merusak harga di pasaran.
Di samping banyaknya manfaat yang dihasilkan oleh IoT, teknologi ini juga memiliki dampak negatif ke sisi humanisme. Jika segala sesuatunya sudah diatur oleh teknologi, beberapa profesi menjadi tidak dibutuhkan lagi. Manusia pun menjadi kurang peka antar sesama karena teknologi dapat mengikis rasa empati dan interaksi antarmanusia secara perlahan-lahan. Bagaimana menurut Anda?
Penulis: Amalia Zahra, S.Kom., Ph.D.