Ekonomi Digital Kian Melesat, SDM Indonesia Wajib “Naik Kelas”
Jakarta – Dalam era transformasi digital yang sedang berkembang pesat, ekonomi digital menjadi salah satu sektor yang terus mengalami pertumbuhan signifikan di Indonesia. Pada tahun 2022, nilai ekonomi digital Indonesia naik sebesar 22% year on year dengan angka mencapai 77 miliar dollar AS atau setara dengan Rp1.145 triliun (dengan nilai kurs Rp14,875 per dollar AS).
Yang membanggakan, kenaikan tersebut menempatkan negara kita sebagai pemain penting di kancah pasar ASEAN dengan porsi pasar mencapai 40%. Prediksi ke depan juga lebih cerah lagi. Berdasarkan estimasi Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, nilai di atas akan melonjak hampir lima kali lipat atau sekitar 360 miliar dollar AS pada 2030. Oleh karena itu, Pemerintah menekankan pentingnya mengakselerasi kualitas serta kuantitas sumber daya manusia dalam negeri dengan membekali mereka kompetensi digital.
Tren serta kebutuhan pasar SDM itu menjadi salah satu pendorong Binus Graduate Program (BGP) bekerja sama dengan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran untuk meluncurkan program Master of Digital Economy. Program ini merupakan kolaborasi antara Magister Teknik Informatika (MTI) dari Binus Graduate Program dan Magister Ekonomi Terapan (MET) dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Padjadjaran.
Hal tersebut diungkapkan oleh I Gede Putra Kusuma Negara, Ketua Program Studi MTI di Binus Graduate Program, Binus University. Menurut dia, kebutuhan kerja sama ini datang dari dua sisi, yaitu dari BGP dan FEB Unpad. Magister Teknik Informatika memiliki skill dalam bidang data science, sementara Magister Ekonomi Terapan sudah ahli di bidang makro dan mikro ekonomi. “Kami sudah sering memberikan pelatihan maupun konsultasi terkait data science ke industri, tapi keahlian kami di sini pada sisi data science. Sedangkan praktisi di industri keahliannya pada sisi bisnisnya, tapi butuh skill data science untuk melengkapi keahliannya.,” Kata Gede saat ditemui secara daring, Sabtu (10/06/23). Secara kebetulan, lanjut dia, MET Unpad memiliki visi dan misi yang serupa. Mereka melihat ada urgensi dalam pengembangan ekonomi digital di Indonesia yang salah satunya ialah kebutuhan akan skill teknik informatika. “Jadi akhirnya ada persamaan dari MTI dan MET melihat kebutuhan dari industri untuk program master di bidang digital ekonomi ini. Mahasiswanya akan dibekali keahlian ekonomi terapan serta teknologi informasi, khususnya data science. Jadi akhirnya kami berkolaborasi untuk membuat master double degree, yaitu Master of Digital Economy,” tutur Gede.
Membekali SDM dengan kemampuan digital
Dukungan teknologi informasi dan ketersediaan data yang melimpah telah membuka peluang baru dalam dunia bisnis dan ekonomi. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bahkan menyebut bahwa Indonesia memiliki lebih dari 2.400 startup atau perusahaan rintisan. Jumlah ini membawa kita di urutan keenam sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak di dunia.
Artinya, terdapat kebutuhan yang tinggi terhadap SDM berkualitas yang tak hanya memiliki bekal skill teknologi atau bisnis saja, tetapi gabungan dua kompetensi ini. Di sinilah program Master of Digital Economy memainkan peran.
Master of Digital Economy dirancang untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang peran teknologi informasi, khususnya data science, dalam mendukung ekonomi digital. Program ini menggabungkan keahlian dalam bidang ekonomi terapan dan data science untuk menciptakan lulusan yang mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di era digital.
“Program ini sangat cocok untuk para praktisi di bidang ekonomi maupun bisnis yang ingin menambah dan memperdalam skill pengetahuan di bidang ekonomi dan bisnis, serta dilengkapi dengan skill data science,” ujar Gede.
Begitupun sebaliknya. Dia menyebutkan bahwa para praktisi data science juga bisa memanfaatkan program Master of Digital Economy untuk mempelajari sisi ekonomi dan bisnis yang tentu saja dapat mendukung perkembangan karier mereka. “Jadi memang yang menjadi target program ini adalah praktisi, baik praktisi di bidang ekonomi, bisnis, maupun data science yang ingin memperdalam ilmu di bidangnya masing-masing dan melengkapinya dengan bidang yang satunya lagi,” ucap Gede. Prospek karier lulusannya pun sangat menjanjikan. Dengan pengetahuan yang mendalam tentang ekonomi digital dan keahlian dalam data science, lulusan Master of Digital Economy dapat mengambil peran strategis di berbagai sektor, termasuk perusahaan teknologi, industri keuangan, konsultan bisnis, perencanaan ekonomi, serta berbagai organisasi yang berfokus pada inovasi dan transformasi digital.
Bisa menikmati berbagai keunggulan
Sekali mendayung, dua pulau terlampaui. Dalam program Master of Digital Economy, lulusannya akan mendapatkan dua gelar sekaligus, yaitu Magister Komputer (M.Kom.) dan Magister Ekonomi (M.E.), hanya dalam waktu empat semester atau dua tahun saja. Dari sisi efisiensi waktu, program ini tentu sangat menguntungkan. “Kemudian dari segi pengalaman tentu nanti dari kompetensi tadi mahasiswa akan dapat pengalaman dari sisi data science dan bisnis dari dosen-dosen yang berkompeten di bidangnya masing-masing,” kata Gede. Kualitas pengajar di MTI dan MET, lanjut dia, sudah terjamin. Semua pengajarnya sudah bergelar doktor dan mengantongi pengalaman sebagai praktisi di bidangnya masing-masing.
“Jadi kalau kami di MTI itu dosen yang bisa mengajar bukan sekadar harus lulus S3, tetapi juga harus sudah berpengalaman. Kalo baru S3 dan tidak punya pengalaman itu kami tidak bisa terima menjadi pengajar atau pembimbing tesis,” Gede memaparkan. Tak hanya itu. Para mahasiswa dapat memperluas networking atau jejaring kerja, membangun relasi dengan para praktisi lain di bidang makro ataupun mikro ekonomi serta dari bidang data science. “Kemudian, kami juga sudah berpengalaman dalam penelitian. Nanti penelitian tesis yang dilakukan mahasiswa ini diarahkan untuk mengangkat kasus-kasus dari perusahaannya masing-masing,” ungkap Gede. Dengan strategi tersebut, harapannya para mahasiswa bisa mendapatkan solusi dari permasalahan nyata yang terjadi di industri. Hal ini agar skill yang mereka dapatkan bisa bermanfaat dan dapat diaplikasikan di dunia industri. “Karena mahasiswanya adalah praktisi di industri, maka penelitian tesis yang diangkat juga memang terkait dengan kasus nyata di industri,” kata Gede.
Antara Jakarta dan Bandung
Meskipun dua kampus ini berada di kota berbeda, mahasiswa tak perlu khawatir karena sistem perkuliahan Master of Digital Economy dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan para praktisi di industri yang memiliki jadwal padat. Program ini menggunakan pendekatan kelas hybrid, yang memungkinkan mahasiswa untuk memilih lokasi perkuliahan yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Mahasiswa tak perlu bepergian bolak-balik antara Jakarta dan Bandung untuk menghadiri kelas secara langsung.
Bagi mahasiswa yang bekerja atau berdomisili di Bandung, mereka dapat mendaftar di Unpad dan menghadiri perkuliahan secara langsung di kampus Unpad. Mereka dapat mengikuti perkuliahan secara virtual melalui video conference pada mata kuliah yang diberikan oleh dosen MTI. Begitu pun sebaliknya. Mahasiswa yang berlokasi di sekitar Jabodetabek dapat mendaftar dan wajib mengikuti perkuliahan secara onsite di Binus University. Ketika dosen MET mengajar dari kampus Unpad, mahasiswa ini bisa mengikuti melalui video conference. “Tapi kalau misalnya, kebetulan mahasiswa yang mendaftar di Binus ini sedang main ke Unpad dan ingin ikut kuliah onsite di sana ya boleh saja. Begitu juga mahasiswa yang mendaftar di Unpad boleh ikut kuliah secara onsite di Binus,” ujar Gede.
Jadwal perkuliahan Master of Digital Economy dilakukan pada malam hari, mulai dari hari Senin hingga Jumat, dari pukul 18.30 hingga 21.30 WIB. Sementara itu, sesi perkuliahan sendiri terdiri atas dua tipe, yaitu sesi lecture dan enrichment. Sesi lecture meliputi teori dan contoh-contoh kasus untuk memberikan pemahaman mendalam tentang konsep ekonomi digital. Sementara itu, sesi enrichment memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan praktik langsung dan pengalaman nyata dalam menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari. “Di sesi enrichment mahasiswa akan dibekali hands-on, tidak sebatas teori,” ujar Gede.
Mengembangkan karier dan kompetensi diri
Master of Digital Economy merupakan pilihan yang tepat bagi mereka yang ingin menggabungkan keahlian ekonomi terapan dan teknologi informasi untuk menghadapi tantangan di era digital. Program ini tidak hanya memberikan pemahaman yang komprehensif tentang ekonomi digital, tetapi juga menghasilkan lulusan yang siap bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif. Dengan penggabungan dua gelar, yaitu Magister Komputer (M.Kom.) dan Magister Ekonomi (M.E.), para lulusan Master of Digital Economy memiliki keunggulan kompetitif yang kuat dan dapat memenuhi kebutuhan industri yang terus berkembang. Dukungan perkuliahan yang fleksibel juga memungkinkan praktisi di industri untuk tetap berkarier sambil memperoleh gelar ini. Dengan prospek karier yang menjanjikan dan kesempatan untuk berkontribusi dalam inovasi dan transformasi digital, program ini menjadi pilihan yang menguntungkan bagi mereka yang ingin menjadi ahli dalam ekonomi digital.