Self-Service Business Intelligence
Oleh :
Nama : Yoel Frans Alfredo
NIM : 1901726513
Business Intelligence
Saat ini Business Intelligence merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam pengolahan data, terkhusus pada perusahaan yang memiliki pengelolaan data yang cukup besar. Sebut saja Go-Jek, Traveloka dan startup besar lainnya di Indonesia sudah tentu menggunakan teknologi yang bernama Business Intelligence. Apa sebenarnya Business Intelligence dan bagaimana penggunaannya? Menurut Hans Peter Luhn, peneliti di IBM, Business Intelligence merupakan suatu kemampuan untuk mendapatkan keterikatan dari seluruh fakta-fakta yang ada untuk mendapatkan panduan terhadap aksi ataupun langkah yang dapat dilakukan untuk menuju tujuan yang diinginkan. Howard Dresner mengibaratkan Business Intelligence sebagai suatu metode dan konsep untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan dari sisi bisnis dengan memanfaatkan sistem pendukung berbasis fakta.
Business Intelligence dapat mengolah seluruh data mentah yang tersimpan dalam berbagai tempat penyimpanan seperti Data Warehouse, Data Marts ataupun Data Lake dan mengubahnya menjadi informasi penting yang dapat mendukung dalam pengambilan keputusan. Meskipun Business Intelligence tidak memberikan arahan secara langsung apa yang harus dilakukan dan keputusan apa yang harus diambil untuk meningkatkan performa suatu perusahaan, melalui laporan ataupun dashboard yang ditampilkan memungkinkan pengguna untuk melakukan pengujian terhadap data untuk melihat serta memahami tren yang sedang berlangsung dan mendapatkan wawasan baru terhadap kebiasaan pelanggan. Dalam hal ini, seorang manajemen eksekutif memerlukan akses dalam mendapatkan informasi-informasi yang sangat penting dalam waktu dan format yang tepat.
Self-Service Business Intelligence
Keterbatasan yang dimiliki oleh Business Intelligence tradisional saat ini membuat banyak kesulitan bagi pengguna bisnis. Beberapa kelemahan yang seringkali dikeluhkan di antaranya adalah performa yang lambat, sistem yang kaku, memakan waktu dalam pembuatan laporan dan ketergantungan terhadap sumber daya teknologi dan informasi. Saat ini Business Intelligence telah berkembang dengan pesat untuk menjawab kebutuhan penggunanya. Salah satu tren yang sedang
berlangsung adalah Self-Service Business Intelligence. Self-Service Business Intelligence merupakan suatu layanan yang memberikan kebebasan kepada pengguna untuk melakukan perubahan ataupun tanggung jawab secara lebih dalam mengelola laporan maupun dashboard sesuai dengan kebutuhan bisnisnya tanpa memerlukan bantuan seorang pakar dalam bidang informasi dan teknologi. Pada umumnya pengguna Business Intelligence hanya mampu memfilter dan mengelompokkan data, namun dengan Self-Service Business Inteliigence maka pengguna dapat mengintegrasikan data lokal dari berbagai sumber sehingga dapat dengan cepat menyusun laporan sesuai dengan kebutuhannya.
Pada gambar berikut kita dapat melihat objektif-objektif utama dari penggunaan Self-Service Business Intelligence :
Objektif pertama dari Self-Service Business Intelligence adalah membuat hasil pelaporan dari Business Intelligence dapat digunakan dan ditingkatkan dengan mudah. Perspektif terhadap objek ini merupakan yang terpenting bagi pengguna dari Business Intelligence. Self-Service Business Intelligence harus dapat dengan mudah dikelola, mudah diakses dan mampu memberikan informasi, laporan dan analitik yang akurat. Pengguna dari Business Intelligence harus mampu melakukan personalisasi dashboard yang mereka gunakan agar setiap informasi yang ditampilkan dapat ditindaklanjuti sesuai dengan situasi yang terjadi. Self-Service Business Intelligence juga harus menggunakan format yang mudah dipahami serta dapat dikirimkan ke perangkat-perangkat yang digunakan oleh pengguna. Dengan kemampuan tersebut maka pengguna dari Self-Service Business Intelligence dapat bekerja secara mandiri dan membuat keputusan lebih cepat.
Objektif kedua dari Self-Service Business Intelligence adalah membuat perangkat Business Intelligence mudah digunakan. Dengan kemudahan yang ditawarkan, seharusnya dapat membantu
seluruh pengguna dari berbagai level untuk membuat laporan-laporan yang dibutuhkan. Dengan kemudahan ini diharapkan pengguna yang awam sekalipun dapat membuat analisa sederhana dari seluruh informasi yang ada. Dengan dukungan teknologi yang memudahkan penggunaan Business Intelligence maka produktivitas dari pekerja dapat meningkat.
Objektif ketiga dari Self-Service Business Intelligence adalah mempermudah proses deployment dari Data Warehouse Solution serta memberikan kemudahan dalam pengelolaannya. Komponen utama dari objektif ini adalah memastikan bahwa Self-Service Business Intelligence memberikan kemampuan kinerja dan skalabilitas yang baik untuk digunakan dalam melakukan analisa yang sederhana hingga yang rumit, serta dalam jumlah data yang besar. Self-Service Business Intelligence pun harus menawarkan kemudahan dalam pengelolaan administrasi dan pengembangan secara tepat waktu. Unit bisnis sebagai pengguna dapat menerapkan aplikasi mereka sendiri, disesuaikan dengan kebutuhan mereka dan sesuai dengan waktu yang mereka miliki.
Objektif terakhir dari Self-Service Business Intelligence adalah membuat sumber data mudah untuk diakses. Dalam pengembangannya, Self-Service Business Intelligence harus mampu menggunakan data-data eksternal maupun yang berasal dari internal yang diakses oleh komunitas pengguna tanpa bantuan tim informasi dan teknologi. Seluruh data harus dapat diakses baik yang terstruktur maupun tidak terstruktur. Apabila data berasal dari luar Data Warehouse, Business Intelligence harus memiliki sarana ataupun mekanisme untuk melakukan penggabungan data secara virtual dari sumber-sumber yang berbeda agar dapat diakses dan dilakukan analisa.
Dengan seluruh kelebihan yang ditawarkan oleh Self-Service Business Intelligence, diharapkan pengguna mendapatkan pengetahuan terhadap kebiasaan pengguna, analisa pasar, mengidentifikasi target pasar yang baru, pola dari produk serta tren yang sedang berlangsung. Pengguna dapat menghindari terbuangnya waktu karena ketergantungan terhadap tim informasi dan teknologi serta laporan yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam membuat keputusan. Di balik seluruh kelebihan yang dimiliki, Self-Service Business Intelligence sangat rentan terhadap permasalahan dalam hal data governance. Kebebasan yang dimiliki oleh pengguna dalam membuat dashboard atau laporan secara personal memiliki resiko terjadinya kekacauan analitik. Setiap pengguna dapat memiliki perspektif dan hasil analisa yang berbeda-beda sesuai dengan data yang mereka gunakan masing-masing dalam membuat dashboard atau laporan.
Dalam mengaplikasikan Self-Service Business Intelligence tentu saja dibutuhkan suatu arsitektur maupun workflow agar prosesnya berjalan dengan baik dan menghindari bottleneck ataupun kekacauan yang terjadi akibat tidak adanya keteraturan. Eckerson, membuat suatu arsitektur yang dapat digunakan dalam proses pengembangan Self-Service Business Analytics :
Ia menyatakan bahwa sebuah arsitektur yang baik mampu menjelaskan hubungan-hubungan setiap komponen yang ada di dalamnya dengan jelas dan singkat. Pada arsitektur tersebut dijelaskan bagaimana setiap unit bisnis berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan data dan laporan bagi pengambil keputusan ataupun top management. Pada diagram arsitektur tersebut, data consumer berperan sebagai pengambil keputusan dimana mereka akan membutuhkan data dan laporan berdasarkan dashboard yang dibuat. Beberapa dari data consumer mungkin hanya melihat saja laporan yang ditampilkan, namun sebagian lainnya mungkin berinteraksi dengan dashboard seperti pivoting ataupun membuat suatu snapshot. Sedangkan data explorer berperan dalam menyusun dan mengubah laporan ataupun dashboard tanpa perlu melakukan coding. Keduanya dapat dikategorikan sebagai casual user dimana mereka menggunakan informasi yang ada untuk menunjang pekerjaan mereka.
Berbeda dengan casual user, power user adalah beberapa orang yang berperan dalam mengolah data-data agar menjadi informasi yang akan disediakan bagi casual user. Pada umumnya peran ini
memiliki kemampuan dalam hal pengetahuan mengenai basis data, teknik-teknik dalam query, statistik dan teknik-teknik dalam proses machine learning. Data analyst, data scientist dan statistician adalah bagian dari power user. Mereka berperan dalam pengelolaan data mentah pada level terendah dimana akan dihasilkan predictive models, metrik ataupun informasi yang siap digunakan oleh casual user. Casual users ataupun business users umumnya dibantu oleh developer yang terdiri dari system analyst, data engineer dan application developer.
Dalam alur kerjanya, laporan yang dibuat harus melalui proses validasi dari data governance untuk memastikan bahwa laporan tersebut sudah valid dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari kekacauan akibat biasnya data yang digunakan oleh tiap pengambil keputusan. Seperti dijelaskan sebelumnya, kebebasan yang diberikan memiliki resiko terjadinya kekacauan analitik. Setiap laporan yang telah melalui proses validasi akan diberikan watermark sebagai tanda bahwa laporan tersebut sudah tervalidasi. Berikut adalah alur kerja yang digunakan oleh Eckerson :
Penggunaan Self-Service Business Intelligence bukanlah hal yang mudah terlebih apabila tidak adanya standar yang digunakan. Arsitektur Self-Service Analytics yang terstruktur akan mampu membantu kesuksesan dalam mengaplikasikan Self-Service Business Intelligence.